MENGENAL MATEMATIKA
Bilangan Berpangkat Dan Bentuk Akar
Bilangan Bulat dengan Eksponen Bilangan Bulat Positif
Masih ingat bentuk berikut :
32 = 3 x 3
23 = 2 x 2 x 2
56 = 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5
Demikian seterusnya sehingga diperoleh bentuk umum sebagai berikut.
32 = 3 x 3
23 = 2 x 2 x 2
56 = 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5
Demikian seterusnya sehingga diperoleh bentuk umum sebagai berikut.
Dengan a bilangan bulat dan n bilangan bulat positif Dari pengertian di atas akan diperoleh sifat-sifat berikut.
Sifat 1
an x an = am + n
24 x 23 = (2 x 2 x 2 x 2 )x(2 x 2 x 2 )
= 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2
= 27
= 24+3
an x an = am + n
24 x 23 = (2 x 2 x 2 x 2 )x(2 x 2 x 2 )
= 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2
= 27
= 24+3
Sifat 2
am : an = am - n, m > n
55 : 53 = (5 x 5 x 5 x 5 x 5) : (5 x 5 x 5)
= 5 x 5
= 52
= 55 - 3
am : an = am - n, m > n
55 : 53 = (5 x 5 x 5 x 5 x 5) : (5 x 5 x 5)
= 5 x 5
= 52
= 55 - 3
Sifat 3
(am)n = am x n
(34)2 = 34 x 34
= (3 x 3 x 3 x 3) x (3 x 3 x 3 x 3)
= (3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3)
= 38
= 34 x 2
(am)n = am x n
(34)2 = 34 x 34
= (3 x 3 x 3 x 3) x (3 x 3 x 3 x 3)
= (3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3)
= 38
= 34 x 2
Sifat 4
(a x b)m = am x bm
(4 x 2)3 = (4 x 2) x (4 x 2) x (4 x 2)
= (4 x 4 x 4) x (2 x 2 x 2)
= 43 x 23
(a x b)m = am x bm
(4 x 2)3 = (4 x 2) x (4 x 2) x (4 x 2)
= (4 x 4 x 4) x (2 x 2 x 2)
= 43 x 23
Sifat 5
(a : b)m = am : bm
(6 : 3) 4 = (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3)
= (6 x 6 x 6 x 6) : (3 x 3 x 3 x 3)
= 64 : 34
(a : b)m = am : bm
(6 : 3) 4 = (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3)
= (6 x 6 x 6 x 6) : (3 x 3 x 3 x 3)
= 64 : 34
Bilangan Bulat dengan Eksponen Bilangan Bulat Negatif
Dari pola bilangan itu dapat disimpulkan bahwa 20 = 1 dan 2-n = 1/2n , secara umum dapat ditulis :
Pecahan Berpangkat Bilangan Bulat
Kita telah mengetahui bahwa pecahan adalah bilangan dalam bentuk dengun a dan b bilangan bulat (b ≠ 0). Bagaimanakah jika pecahan dipangkatkan dengan bilangan bulat? Untuk menentukan hasil pecahan yang dipangkatkan dengan bilangan bulat, caranya sama dengan menentukan hasil bilangan bulat yang dipangkatkan dengan bilangan bulat.
Kita telah mengetahui bahwa pecahan adalah bilangan dalam bentuk dengun a dan b bilangan bulat (b ≠ 0). Bagaimanakah jika pecahan dipangkatkan dengan bilangan bulat? Untuk menentukan hasil pecahan yang dipangkatkan dengan bilangan bulat, caranya sama dengan menentukan hasil bilangan bulat yang dipangkatkan dengan bilangan bulat.
Contoh:
Tentukan hasil berikut ini!
Tentukan hasil berikut ini!
Bentuk Akar dan Bilangan Berpangkat Pecahan
Bilangan Rasional dan Irasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b
dengan a, b bilangan bulat dan b ≠ 0. Bilangan rasional merupakan
gabungan dari bilangan bulat, nol, dan pecahan. Contoh bilangan rasional
adalah -5, -1/2, 0, 3, 3/4, dan 5/9.
Sebaliknya, bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan bulat dan b ≠ 0.
Contoh bilangan irasional adalah . Bilangan-bilangan tersebut, jika dihitung dengan kalkulator merupakan desimal yang tak berhenti atau bukan desimal yang berulang. Misalnya
Contoh bilangan irasional adalah . Bilangan-bilangan tersebut, jika dihitung dengan kalkulator merupakan desimal yang tak berhenti atau bukan desimal yang berulang. Misalnya
√2 = 1,414213562 .... Selanjutnya, gabungan anrara bilangan rasional dan irasional disebut bilangan real.
Bentuk Akar
Berdasarkan
pembahasan sebelumnya, contoh bilangan irasional adalah √2 dan √5 .
Bentuk seperti itu disebut bentuk akar. Dapatkah kalian menyebutkan
contoh yang lain?
Bentuk akar adalah akar dari suatu bilangan yang hasilnya bukan bilangan Rasional.
Bentuk akar dapat disederhanakan menjadi perkalian dua buah akar pangkat bilangan dengan salah satu akar memenuhi definisi
√a2 = a jika a ≥ 0, dan –a jika a < 0
√a2 = a jika a ≥ 0, dan –a jika a < 0
Contoh :
Sederhanakan bentuk akar berikut √75
Jawab :
√75 = √25x3 = √25 x √3 = 5√3
Sederhanakan bentuk akar berikut √75
Jawab :
√75 = √25x3 = √25 x √3 = 5√3
Mengubah Bentuk Akar Menjadi Bilangan Berpangkat Pecahan dan Sebaliknya
Bentuk
√a dengan a bilangan bulat tidak negatif disebut bentuk akar kuadrat
dengan syarat tidak ada bilangan yang hasil kuadratnya sama dengan a.
oleh karena itu √2,√3, √5, √10, √15 dan √19 merupakan bentuk akar
kuadrat. Untuk selanjutnya, bentuk akar n√am dapat ditulis am/n (dibaca: a pangkat m per n). Bentuk am/n disebut bentuk pangkat pecahan.
jawab :
Operasi Aljabar pada Bentuk Akar
Penjumlahan dan Pengurangan
kesimpulan :
jika a, c = Rasional dan b ≥ 0, maka berlaku
jika a, c = Rasional dan b ≥ 0, maka berlaku
a√b + c√b = (a + c)√b
a√b - c√b = (a - c)√b
Perkalian dan Pembagian
Contoh :
Tentukan hasil operasi berikut :
Tentukan hasil operasi berikut :
jawab :
Perpangkatan
Kalian tentu masih ingat bahwa (a^)" = a^'. Rumus tersebut juga berlaku pada operasi perpangkatan dari akar suatu bilangan.
Contoh:
Contoh:
Operasi Campuran
Dengan
memanfaatkan sifat-sifat pada bilangan berpangkat, kalian akan lebih
mudah menyelesaikan soal-soal operasi campuran pada bentuk akarnya.
Sebelum melakukan operasi campuran, pahami urutan operasi hitung
berikut.
- Prioritas yang didahulukan pada operasi bilangan adalah bilangan-bilangan yang ada dalam tanda kurung.
- Jika tidak ada tanda kurungnya maka
- pangkat dan akar sama kuat;
- kali dan bagi sama kuat;
- tambah dan kurang sama kuat, artinya mana yang lebih awal dikerjakan terlebih dahulu;
- kali dan bagi lebih kuat daripada tambah dan kurang, artinya kali dan bagi dikerjakan terlebih dahulu.
Contoh :
Merasionalkan Penyebut
Agar
nilai pecahan tersebut lebih sederhana maka penyebutnya harus
dirasionalkan terlebih dahulu. Artinya tidak ada bentuk akar pada
penyebut suatu pecahan. Penyebut dari pecahan-pecahan yang akan
dirasionalkan berturut-turut adalah
Merasionalkan
penyebut adalah mengubah pecahan dengan penyebut bilangan irasional
menjadi pecahan dengan penyebut bilangan rasional.
Penyebut Berbentuk √b
Jika a dan b adalah bilangan rasional, serta √b adalah bentuk akar maka pecahan a/√b dapat dirasionalkan penyebutnya dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan √b/√b .
Contoh :
Sederhanakan pecahan berikut dengan merasionalkan penyebutnya!
Sederhanakan pecahan berikut dengan merasionalkan penyebutnya!
jawab :
Penyebut Berbentuk (a+√b) atau (a+√b)
Jika
pecahan-pecahan mempunyai penyebut berbentuk (a+√b) atau (a+√b) maka
pecahan tersebut dapat dirasionalkan dengan cara mengalikan pembilang
dan penyebutnya dengan sekawannya. Sekawan dari (a+√b) adalah (a+√b)
adalah dan sebaliknya.
Bukti
Bukti
Contoh :
Rasionalkan penyebut pecahan berikut.
jawab :
Penyebut Berbentuk (√b+√d) atau (√b+√d)
Pecahan
tersebut dapat dirasionalkan dengan mengalikan pembilang dan
penyebutnya dengan bentuk akar sekawannya, yaitu sebagai berikut.
Contoh:
Selesaikan soal berikut!
Jawab :
STATISTIKA
Pengumpulan Data
Data
adalah sesuatu yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan
atau persoalan. Data berbentuk bilangan disebut data kuantitatif
sedangkan data yang berbentuk bukan bilangan disebut data kualitatif.
Data kuantitatif terdiri atas data diskrit dan data kontinu.Data diskrit
adalah data yang diperoleh dengan membilang, mencacah, atau
menghitung, misalnya data jumlah penduduk dan data jumlah anak dalam
keluarga. Adapun data kontinu adalah data yang diperoleh dari hasil
mengukur, misalnya data tinggi badan dan data berat badan.
Jangkauan = data terbesar - data terkecil
Penyajian Data
Penyajian Data Menggunakan Tabel
Tabel Frekuensi Data Tunggal
Penyajian
data tunggal dalam bentuk tabel dinamakan distribusi frekuensi data
tunggal. Agar pembahasan lebih jelas, perhatikan contoh berikut.
Pada sensus penduduk suatu desa didapatkan data jumlah anak yang dimiliki oleh tiap keluarga sebagai berikut.
Pada sensus penduduk suatu desa didapatkan data jumlah anak yang dimiliki oleh tiap keluarga sebagai berikut.
1 | 4 | 3 | 4 | 5 | 4 | 3 | 6 | 1 | 2 |
2 | 3 | 2 | 4 | 1 | 6 | 5 | 3 | 4 | 3 |
4 | 4 | 5 | 4 | 4 | 4 | 6 | 5 | 4 | 4 |
2 | 4 | 3 | 3 | 2 | 4 | 2 | 3 | 4 | 1 |
Data di atas belum tersusun
secara teratur sehingga sulit untuk mengetahui informasi data itu,
seperti jumlah keluarga yang mempunyai 4 anak dan keluarga yang
mempunyai anak lebih dari 3. Agar lebih mudah dipahami, data tersebut
disajikan dalam tabel frekuensi data tunggal. Pada tabel frekuensi data
tunggal, tiap-tiap baris pada kolom nilai atau data hanya memuat satu
nilai atau data. Tabel dibagi menjadi 3 kolom. Kolom pertama adalah
datanya. Kolom kedua adalah turus, yaitu cara mencacah data menggunakan
simbol I. setiap menemukan data yang bersesuaian dengan data yang
diperoleh. Kolom ketiga adalah frekuensi, yaitu jumlah turus atau
simbol I pada data tertentu.
Jumlah anak | Turus | Frekuensi |
1 | //// | 4 |
2 | ////// | 6 |
3 | //////// | 8 |
4 | /////////////// | 15 |
5 | //// | 4 |
6 | /// | 3 |
jumlah | | 40 |
- Tabel Frekuensi Data yang Dikelompokkan
Penyajian data berkelompok dalam bentuk tabel dinamakan distribusi frekuensi data berkelompok. Perhatikan contoh berikut.
Nilai ulangan Matematika siswa kelas IX suatu SMP adalah sebagai berikut.
Nilai ulangan Matematika siswa kelas IX suatu SMP adalah sebagai berikut.
44 | 54 | 85 | 92 | 73 | 99 | 91 | 96 | 74 |
75 | 70 | 57 | 83 | 49 | 57 | 52 | 64 | 73 |
82 | 90 | 70 | 89 | 91 | 67 | 52 | 64 | 73 |
82 | 59 | 65 | 79 | 82 | 89 | 53 | 52 | 50 |
Dari data terlihat bahwa nilai teninggi
dan terendah mempunyai range (angkauan) yang besar, yaitu 99 - 44 = 55.
Jika data tersebut disajikan menggunakan tabel frekuensi data tunggal
menjadi tidak praktis maka perlu disajikan menggunakan pengelompokan
data. Pada tabel frekuensi data berkelompok, tiap-tiap baris pada kolom
nilai atau data memuat beberapa nilai atau data. Istilah-istilah yang
harus dipahami dalam pembuatan tabel frekuensi data yang dikelompokkan
adalah sebagai berikut.
- Kelas interval : pengelompokan beberapa nilai atau data.
- Banyak kelas interval : banyaknya pengelompokan dari seluruh data atau nilai yang ada.
- Panjang interval : banyaknya data pada suatu kelas interval. Panjang interval untuk semua kelas interval pada suatu tabel harus sama.
Dengan pengertian istilah-istilah di atas
diperoleh tabel frekuensi data yang dikelompokkan untuk nilai ulangan
matematika siswa kelas IX adalah sebagai berikut.
Nilai | Turus | Frekuensi |
44-51 | /// | 3 |
52-59 | //////// | 8 |
60-67 | //// | 4 |
68-75 | ////// | 6 |
76-83 | ///// | 5 |
84-91 | /////// | 7 |
92-99 | /// | 3 |
jumlah | | 36 |
Tabel frekuensi di atas memiliki
a. banyak kelas interval (pengelompokan) = 7 ;
b. panjang kelas interval (banyak data pada satu interval) = 8.
a. banyak kelas interval (pengelompokan) = 7 ;
b. panjang kelas interval (banyak data pada satu interval) = 8.
1.
Pada penyajian data dalam bentuk tabel frekuensi data yang
dikelompokkan, data terkecil dan terbesar harus masuk dalam kelas
interval.
2. Banyak kelas interval dapat ditentukan menggunakan aturan Sturgess, yaitu banyak kelas interval = I + 3,3 log n dengan n adalah banyak data.
2. Banyak kelas interval dapat ditentukan menggunakan aturan Sturgess, yaitu banyak kelas interval = I + 3,3 log n dengan n adalah banyak data.
Penyajian Data Menggunakan Diagram
a. Piktogram
Piktogram adalah suatu cara untuk menampilkan besar data menggunakan gambar yang sesuai dengan datanya. Cara ini paling sederhana dan jelas untuk menyajikan suatu data. Salah satu kelemahan dalam penggunaan piktogram adalah sulitnya membedakan setengah dan satu pertiga gambar atau jumlahnya tidak dapat diwakili dengan satu unit gambar sehingga penggunaan piktogram sangat terbatas.
Piktogram adalah suatu cara untuk menampilkan besar data menggunakan gambar yang sesuai dengan datanya. Cara ini paling sederhana dan jelas untuk menyajikan suatu data. Salah satu kelemahan dalam penggunaan piktogram adalah sulitnya membedakan setengah dan satu pertiga gambar atau jumlahnya tidak dapat diwakili dengan satu unit gambar sehingga penggunaan piktogram sangat terbatas.
b. Diagram Batang
Diagram batang adalah cara menyajikan data dalam bentuk batang-batang. Tiap batang lebarnya sama, sedangkan tinggi batang menyatakan frekuensi dari data yang bersangkutan. Untuk membuat diagram batang diperlukan sumbu mendatar dan sumbu tegak yang berpotongan tegak lurus. Sumbu mendatar (horizontal) menunjukkan jenis kategorinya, sedangkan sumbu tegak (vertikal) menunjukkan frekuensinya. Skala sumbu mendatar tidak harus sama dengan skala sumbu tegak. Letak batang yang satu dengan yang lain dibuat terpisah.
Diagram batang adalah cara menyajikan data dalam bentuk batang-batang. Tiap batang lebarnya sama, sedangkan tinggi batang menyatakan frekuensi dari data yang bersangkutan. Untuk membuat diagram batang diperlukan sumbu mendatar dan sumbu tegak yang berpotongan tegak lurus. Sumbu mendatar (horizontal) menunjukkan jenis kategorinya, sedangkan sumbu tegak (vertikal) menunjukkan frekuensinya. Skala sumbu mendatar tidak harus sama dengan skala sumbu tegak. Letak batang yang satu dengan yang lain dibuat terpisah.
c. Diagram Lingkaran
Penyajian data juga dapat dilakukan dengan menggunakan lingkaran. Daerah lingkaran menggambarkan keseluruhan data. Data disajikan dengan menggunakan juring atau sektor, di mana besar sudut pusat dari juring sesuai dengan perbandingan setiap data terhadap keseluruhan data.
d. Diagram GarisPenyajian data juga dapat dilakukan dengan menggunakan lingkaran. Daerah lingkaran menggambarkan keseluruhan data. Data disajikan dengan menggunakan juring atau sektor, di mana besar sudut pusat dari juring sesuai dengan perbandingan setiap data terhadap keseluruhan data.
Diagram garis biasanya digunakan untuk menyajikan data yang diperoleh dari waktu ke waktu secara teratur dalam interval waktu tertentu. Diagram garis digunakan untuk mengetahui pertumbuhan/perkembangan suatu hal secara kontinu.
Ukuran Pemusatan
Ukuran
pemusatan sekelompok data adalah nilai atau data yang dapat mewakili
sekelompok data tersebut atau sering juga disebut rata-rata. Nilai
rata-rata pada umumnya mempunyai kecenderungan terletak di
tengah-tengah dalam suatu kelompok data yang disusun terurut atau dengan
kata lain mempunyai kecenderungan memusat. Misalkan suatu data tinggi
badan beberapa siswa (dalam cm) adalah sebagai berikut.
135 140 150 150 150 155 157 160
Dari
data di atas tampak bahwa sebagian besar tinggi siswa di sekitar 150.
Dengan demikian, 150 disebut ukuran pemusatan dari data tinggi badan
siswa. Ada beberapa jenis ukuran pemusatan (ukuran tendensi sentral),
antara lain mean. modus. dan median.
Mean (Rataan Hitung)
Mean
dari sekumpulan data adalah jumlah seluruh data dibagi banyaknya data.
Mean biasanya dilambangkan dengan Jika data terdiri atas n, yaitu x1,
x2, x3, ...xn maka mean dari data tersebut dapat dirumuskan sebasai
berikut.
Modus
Data
yang kalian peroleh biasanya bervariasi, ada yang muncul sekali ada
yang muncul lebih dari sekali. Data yang paling sering muncul disebut
modus. Modus adalah data yang paling sering muncul atau frekuensinya
paling tinggi. Pengertian lain adalah nilai data yang sering muncul
(mempunyai frekuensi terbesar). Modus dapat ada ataupun tidak ada.
Kalaupun ada dapat lebih dari satu.
Median
Median
adalah nilai yang terletak di tengah dari data yang terurut. Jika
banyak data ganjil, median adalah nilai paling tengah dari data yang
sudah diurutkan. Jika banyak data genap, median adalah mean dari dua
bilangan yang di tengah setelah data diurutkan.
Median adalah nilai tengah setelah data terurut naik. Pengeritan lain adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan menurut besarnya. Dengan ketentuan: Jika banyak data ganjil, maka median adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan.
Median adalah nilai tengah setelah data terurut naik. Pengeritan lain adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan menurut besarnya. Dengan ketentuan: Jika banyak data ganjil, maka median adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan.
Contoh:
Diketahui data
7, 9, 8, 13, 12, 9, 6, 5 n = 8
Jawab :
Rata-rata = 5+6+7+8+9+9+12+13 = 8,625
Diketahui data
7, 9, 8, 13, 12, 9, 6, 5 n = 8
Jawab :
Rata-rata = 5+6+7+8+9+9+12+13 = 8,625
8
Median
Data diurutkan terlebih dahulu menjadi
5 6 7 8 9 9 12 13
median = 8 + 9 = 8,5
Data diurutkan terlebih dahulu menjadi
5 6 7 8 9 9 12 13
median = 8 + 9 = 8,5
2
Modus = 9 (sering banyak muncul)
Modus = 9 (sering banyak muncul)
Kuartil
Selain
ketiga ukuran pemusatan data di atas, terdapat beberapa ukuran
pemusatan lagi. Salah satunya adalah kuartil. Kuartil adalah nilai
ukuran yang membagi data yang sudah terurut menjadi empat bagian yang
sama. Contoh suatu data terurut seperti berikut.
Data
yang terdapat pada batas pengelompokan pertamadisebut kuartil bawah
(Q1), batas pengelompokan kedua disebut kuartil tengah (Q2), dan batas
pengelompokan ketiga disebut kuartil atas (Q3).
Data
yang terdapat pada batas pengelompokan pertamadisebut kuartil bawah
(Q1), batas pengelompokan kedua disebut kuartil tengah (Q2), dan batas
pengelompokan ketiga disebut kuartil atas (Q3).
Untuk
menentukan nilai-nilai kuartil, kita tentukan nilai kuartil tengah
(Q2) terlebih dahulu. Nilai Q2 adalah median dari data tersebut.
Selanjutnya, seluruh data yang berada di sebelah kiri Q2, digunakan
untuk mencari Q1. Nilai Q1 adalah median dari data sebelah kiri Q2,
sedangkan Q3 adalah median dari seluruh data di sebelah kanan Q2 Selain
dengan cara di atas, nilai kuartil dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut.
Histogram dan Poligon Frekuensi
Histogram
dan Poligon Frekuensi adalah dua grafik yang menggambarkan distribusi
frekuensi. Histogram terdiri dari persegi panjang yang alasnya
merupakan panjang kelas interval, sedangkan tingginya sama dengan
frekuensi masing-masing kelas interval.
Poligon
Frekuensi adalah suatu garis putus putus yang menghubungkan titik
tengah ujung batang histogram. Biasanya ditambah dua segmen garis lain
yang menghubungkan titik tengah ujung batang pertama dan terakhir
dengan titik tengah kelas yang paling ujung dimana frekuensinya
bernilai nol.
Pengertian Sampel dan Populasi
Dalam
pengumpulan data, jika objek yang diteliti terlalu banyak atau terlalu
luas maka sering kali orang menggunakan sebagian saja dari seluruh
objek yang diteliti sebagai wakil. Sebagai objek yang dipilih itu
disebut sampel, sedangkan seluruh objek tersebut dinamakan populasi.
Untuk memahami pengertian populasi dan sampel, perhatikan contoh
berikut.
“ucok ingin membeli jeruk
pada suatu kios buah di pasar. Agar yakin semua jeruk yang dibelinya
manis, ucok tidak ingin mencicipi satu per satu jeruk yang ada di situ.
ucok dapat mencicipi salah satu jeruk yang ada dalam keranjang untuk
memastikan semua jeruk dalam keranjang rasanya manis”.
Dalam
hal ini, jeruk yang dicicipi ucok disebut sampel dan semua jeruk dalam
keranjang disebut populasi. Populasi adalah himpunan semua objek yang
akan diteliti, sedangkan sampel adalah himpunan bagian dari populasi
yang dijadikan pengamatan.
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
A. Pengertian SPLDV
Untuk
memahami pengertian dan konsep dasar SPLDV, ada baiknya mengulang
kembali materi tentang persamaan linear satu variabel. Pelajarilah
uraian berikut secara saksama.
1. Persamaan Linear Satu Variabel
Di
Kelas VII, kamu telah mempelajari materi tentang persamaan linear satu
variabel. Masih ingatkah kamu apa yang dimaksud dengan persamaan
linear satu variabel? Coba kamu perhatikan bentuk-bentuk persamaan
berikut.
Bentuk-bentuk
persamaan tersebut memiliki satu variabel yang belum diketahui
nilainya. Bentuk persamaan seperti inilah yang dimaksud dengan linear
satu variabel. Untuk lebih jelasnya, coba kamu perhatikan dan pelajari
Contoh Soal 4.1 secara seksama.
Seperti
yang telah dipelajari sebelumnya, untuk penyelesaian dari persamaan
linear satu variabel dapat digunakan beberapa cara. Salah satu di
antaranya dengan sifat kesamaan. Perhatikan uraian persamaan berikut.
Jadi,
diperoleh nilai x = 4 dan himpunan penyelesaian, Hp = {4}. Untuk lebih
jelasnya, coba kamu perhatikan dan pelajari Contoh Soal 4.2 berikut.
2. Persamaan Linear Dua Variabel
Kamu
telah mempelajari dan memahami persamaan linear satu variabel. Materi
tersebut akan membantu kamu untuk memahami persamaan linear dua
variabel. Coba kamu perhatikan bentuk-bentuk persamaaan berikut.
Persamaan-persamaan
tersebut memiliki dua variabel yang belum diketahui nilainya. Bentuk
inilah yang dimaksud dengan persamaan linear dua variabel. Jadi,
persamaan dua variabel adalah persamaan yang hanya memiliki dua variabel
dan masing-masing variabel berpangkat satu. Untuk lebih jelasnya, coba
kamu perhatikan dan pelajari Contoh Soal 4.3 berikut.
3. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Coba kamu perhatikan bentuk-bentuk persamaan linear dua variabel berikut.
Dari
uraian tersebut terlihat bahwa masing-masing memiliki dua buah
persamaan linear dua variabel. Bentuk inilah yang dimaksud dengan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Berbeda dengan persamaan dua
variabel, SPLDV memiliki penyelesaian atau himpunan penyelesaian yang
harus memenuhi kedua persamaan linear dua variabel tersebut. Contoh,
perhatikan sistem SPLDV berikut.
Penyelesaian
dari sistem persamaan linear adalah mencari nilai-nilai x dan y yang
dic ari demikian sehingga memenuhi kedua persamaan linear. Perhatikan
Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel
4.1 menjelaskan bahwa persamaan linear 2x + y = 6 memiliki 4 buah
penyelesaian. Adapun persamaan linear x + y = 5 memiliki 6 buah
penyelesaian. Manakah yang merupakan penyelesaian dari 2 x + y = 6 dan x
+ y = 5? Penyelesaian adalah nilai x dan y yang memenuhi kedua
persamaan linear tersebut. Perhatikan dari Tabel 4. 1 nilai x = 1 dan y =
4 sama-samamemenuhi penyelesaian dari kedua persamaan linear tersebut. Jadi, dapat dituliskan:
B. Penyelesaian SPLDV
Seperti
yang telah dipelajari sebelumnya, SPLDV adalah persamaan yang memiliki
dua buah persamaan linear dua variabel. Penyelesaian SPLDV dapat
ditentukan dengan cara mencari nilai variabel yang memenuhi kedua
persamaan linear dua variabel tersebut. Pada subbab sebelumnya, kamu
telah mempelajari bagaimana cara menentukan penyelesaian suatu SPLDV
dengan menggunakan tabel, namun cara seperti itu membutuhkan waktu yang
cukup lama. Untuk itu, ada beberapa
metode yang dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian SPLDV.
Metode-metode tersebut adalah:
metode yang dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian SPLDV.
Metode-metode tersebut adalah:
1. Metode Grafik
2. Metode Substitusi
3. Metode Eliminasi
Pelajarilah uraian mengenai metode-metode tersebut pada bagian berikut ini.
1. Metode Grafik
Grafik
untuk persamaan linear dua variabel berbentuk garis lurus. Bagaimana
dengan SPLDV? Ingat, SPLDV terdiri atas dua buah persamaan dua
variabel, berarti SPLDV digambarkan berupa dua buah garis lurus.
Penyelesaian dapat ditentukan dengan menentukan titik potong kedua garis
lurus tersebut. Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan dan pelajari
Contoh Soal 4.6 dan Contoh Soal 4.7
2. Metode Substitusi
Penyelesaian
SPLDV menggunakan metode substitusi dilakukan dengan cara menyatakan
salah satu variabel dalam bentuk variabel yang lain kemudian nilai
variabel tersebut menggantikan variabel yang sama dalam persamaan yang
lain. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menentukan
penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode substitusi dapat kamu
pelajari dalam Contoh Soal 4.8 dan Contoh Soal 4.9
3. Metode Eliminasi
Berbeda
dengan metode substitusi yang mengganti variabel, metode eliminasi
justru menghilangkan salah satu variabel untuk dapat menentukan nilai
variabel yang lain. Dengan demikian, koefisien salah satu variabel yang
akan dihilangkan haruslah sama atau dibuat sama. Untuk lebih jelasnya,
coba kamu perhatikan dan pelajari Contoh Soal 4.10 dan Contoh Soal
4.11
C. Penerapan SPLDV
Dalam
kehidupan sehari-hari, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang
dapat dipecahkan menggunakan SPLDV. Pada umumnya, permasalahan tersebut
berkaitan dengan masalah aritmetika sosial. Misalnya, menentukan harga
satuan barang, menentukan panjang atau lebar sebidang tanah, dan lain
sebagainya. Agar kamu lebih memahami, perhatikan dan pelajari
contoh-contoh soal berikut.
contoh-contoh soal berikut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar